This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Selasa, 15 Januari 2019

PROFIL

#coba

Kamis, 10 Januari 2019

Program SixthSense technology

SixthSense adalah sebuah perangkat antarmuka (interface) gestural yang dapat digunakan untuk menghubungkan dunia fisik di sekitar manusia dengan informasi digital. SixthSense memungkinkan manusia untuk berinteraksi dengan informasi digital dalam dunia fisik hanya dengan menggunakan gerakan tangan. Gerak tangan dan jari-jari tersebut akan dipahami secara otomatis untuk kemudian mampu memanipulasi informasi digital ke dalam dunia fisik.

SixthSense terdiri dari komponen-komponen seperti proyektor dengan ukuran kecil, cermin, kamera, dan ponsel yang terintegrasi satu sama lain dan mampu berfungsi layaknya sebuah komputer dengan koneksi ke internet. Pengguna dapat melakukan aktivitas sehari-harinya seperti menelepon, menggambar, mengambil foto, membaca buku, dan lain-lain, tanpa harus membawa banyak perangkat.

Prinsip teknologi SixthSense ditemukan dan dikembangkan oleh Pranav Mistry, seorang insinyur muda asal India yang lulus dari MIT (Massachusetts Institute of Technology) dengan predikat PhD. Pemberian nama SixthSense didasarkan pada pemikiran bahwa perangkat ini dikendalikan oleh gerak tubuh manusia, sehingga dapat dianalogikan sebagai pelengkap lima indera yang sudah dimiliki oleh manusia. Pada tahun 2009, SixthSense mendapatkan anugerah Invention Award yang diprakarsai oleh majalah Popular Science.


Sejarah Lahirnya SixthSense

Pranav Mistry sangat terobsesi untuk mengintegrasikan penerimaan informasi dan interaksi antara dua dunia yang berbeda, yaitu dunia fisik dan dunia digital. Eksplorasi pertamanya dimulai pada tahun 2000, ketika ia membuat sebuah perangkat kecil dari komponen-komponen mouse yang mampu mereplikasi dunia fisik ke dalam dunia digital. Tahun-tahun berikutnya ia melakukan eksplorasi lain dengan membuat sebuah pena yang dapat menghasilkan gambar tiga dimensi. Aplikasi pena ini diterapkan untuk membantu para arsitek dan desainer.
Eksplorasi-eksplorasi ini mencoba menggiring komponen yang ada di dunia fisik ke dalam dunia digital, dengan tujuan membuat komputasi interface yang lebih intuitif. Namun akhirnya ia menyadari bahwa manusia tidak terlalu tertarik dengan komputasi. Manusia hanya tertarik pada konten sebuah informasi yang didasarkan pada rasa keingintahuan yang tinggi. Manusia lebih ingin mengetahui dan memahami dinamika yang terjadi di sekitarnya.
Pranav Mistry kemudian mencoba melakukan pendekatan dengan cara terbalik. Berangkat dari pemikiran tersebut, lahirlah teknologi SixthSense yang memungkinkan berbagai obyek nyata di sekitar manusia dapat ikut dilibatkan dalam interaksi di dunia digital. Tujuan utama dari teknologi ini adalah mendapatkan kemudahan dalam menghubungkan dunia nyata dan dunia digital.

Komponen Teknologi SixthSense

Prototipe atau bentuk awal SixthSense diliputi oleh beberapa komponen yaitu, sebuah proyektor ukuran kecil yang bisa dimasukkan ke dalam saku, cermin, kamera, dan ponsel. Proyektor dan kamera terhubung dengan perangkat komputasi mobile yang ada dalam saku pengguna.
Proyektor yang menggunakan teknologi LED (Light Emitting Diode) ini dapat memproyeksikan informasi visual yang dikirim oleh ponsel ke permukaan apapun yang ada di hadapan pengguna, baik berupa kertas, tembok, tangan, atau bahkan pada tubuh orang lain. Saat ini telah dikembangkan proyektor dengan teknologi laser yang mampu meningkatkan ketajamannya.
Dengan menggunakan teknik en:computer vision, kamera yang dilengkapi dengan webcam bertugas mengenali, melakukan tracking, dan menangkap gerakan tangan pengguna dan obyek fisik di hadapannya. Pertama-tama kamera mengumpulkan semua gambar, kemudian mencoba mengenali warna dan bentuknya serta mampu memahami algoritma yang membentuknya. Menurut en:Pattie Maes, cara kerja perangkat ini didasarkan pada pengenalan gambar dan karakter. Secara teknis memang sangat kompleks, namun dapat memberikan hasil yang lebih intuitif untuk digunakan dalam beberapa kasus.
Informasi yang telah tertangkap oleh kamera, kemudian akan dikirimkan ke ponsel. Ponsel yang terkoneksi dengan internet akan memproses informasi berupa menggunakan algoritma untuk mengidentifikasi obyek. Ponsel ini dilengkapi perangkat lunak khusus yang mampu mengintepretasikan gerakan tubuh.
Sebelum terciptanya algoritma yang mampu mengenali gerak tubuh, SixthSense pernah dilengkapi dengan colored finger capsatau penanda jari yang berwarna. Fungsinya adalah membantu kamera untuk menangkap gerakan tubuh.

Aplikasi Sixth Sense dan Perkembangannya

Dengan memadukan gerak tubuh dan dunia komputasi digital, SixthSense mampu membawa informasi digital yang bisa dibawa ke mana saja dalam kehidupan nyata. Dengan bermacam-macam aplikasinya, SixthSense mampu melakukan implementasi yang menunjang kelangsungan hidup manusia.
Contoh aplikasi SixthSense yang paling sederhana adalah membuat ilustrasi atau gambar dengan tangan telanjang. Tidak hanya terbatas pada dinding saja, namun manusia juga bisa melakukannya di atas kertas kosong. Pranav Mistry juga telah mengembangkan aplikasi peta seperti pada Google Maps. Pengguna akan mampu menjelajahi peta pada sembarang permukaan, lengkap dengan fleksibilitas untuk melakukan zoom inzoom out, dan panning menggunakan gerak tangan intuitif. Sistem dalam teknologi ini juga memungkinkan implementasi kamera gestural untuk mengambil foto, hanya dengan melakukan gerakan yang mengisyarakat framing. Adapun aplikasi yang memungkinkan pengguna untuk menggambar sebuah ikon atau simbol di udara bebas, dengan menggerakkan jari telunjuk yang bisa mengenali simbol tersebut sebagai perintah. Sistem juga mampu memperbesar kegunaan obyek fisik yang digunakan oleh pengguna, sehingga mampu memproyeksikan informasi yang lebih. Implementasinya seperti pada koran yang mampu menampilkan informasi dinamis layaknya animasi atau video.
Masih banyak bentuk kegiatan yang bisa menjadi implementasi dari aplikasi teknologi SixthSense, seperti menelepon tanpa menggunakan ponsel, melihat jadwal penundaan keberangkatan pesawat, atau bahkan memindahkan data dengan mengambil dan memasukkannya ke dalam monitor komputer. Semua itu dapat dilakukan dengan tangan telanjang.
Semua hal di atas adalah bentuk-bentuk aplikasi baru yang akan terus dikembangkan dalam teknologi SixthSense. Esensi utama dari teknologi ini terletak pada potensi untuk menghubungkan dunia nyata dengan dunia maya atau internet, untuk kemudian menamplikan informasi pada obyek itu sendiri. Seiring dengan perkembangannya nanti, SixthSense sangat mungkin digunakan sebagai alat yang membantu manusia dalam pemilihan produk atau merek. Konsumen hanya perlu melihat sebuah produk dan meletakkannya di tangan, kemudian SixthSense akan memperlihatkan kualitas produk atau merek tersebut. Konsumen akan dengan sangat mudah memilih produk yang berkualitas sekaligus sesuai dengan preferensi mereka.
#coba

Selasa, 08 Januari 2019

Intel Resmikan Prosesor Generasi Ke-9, Termasuk Core i9 dan X-Series

KOMPAS.com - Intel akhirnya meluncurkan secara resmi lini prosesor generasi kesembilan, pada Selasa (9/10/2018).

 Prosesor-prosesor generasi kesembilan itu termasuk prosesor Core i5, Core i7, dan prosesor flagship yang akan muncul perdana secara umum, Core i9. Selain itu, Intel juga meresmika, Intel Core seri X.

   Hal unik yang perlu disorot adalah prosesor gaming Core i9, yang diklaim sebagai prosesor gaming terbaik di dunia. 

Sebagaimana dikutip dari keterangan tertulis yang diterima KompasTekno, Selasa, (9/10/2018), Core i9 diklaim memiliki kemampuan menaikkan FPS game sebesar 10 persen dari generasi sebelumnya, dan 37 persen dari prosesor Intel yang telah berumur 3 tahun. 

Ada pula fitur Intel Turbo Boost Technology 2.0, fitur untuk menaikkan kemampuan single-core kepada kemampuan maksimalnya (5,0 GHz). 

Para konten kreator pun diklaim akan lebih 'dimanjakan' dengan teknologi terbaru Core i9, karena dari segi multimedia, prosesor menaikkan kemampuannya sebesar 41 persen ketika merekam game, edit video dan render 34 persen lebih cepat, dan peningkatan proses secara umum sebesar 15 persen dari generasi sebelumnya. 

Secara spesifikasi, dirangkum KompasTekno dari Extremetech, tipe Core i9-9900K memiliki 8 core dan 16 threads berkecepatan 3,6 GHz untuk pemakaian normal, sampai maksimum 5 GHz untuk proses berat seperti desain dan gaming. 


L3 cache Core i9-9900K pun berkapasitas 16 MB, dibekali dengan chip grafis Intel UHD 620.

Selain Core i9, Intel juga merilis tipe Core i7-9700K dengan 8 core dan 8 thread, memiliki L3 cache 12 MB, serta berkecepatan 3,6 GHz - 4,9 GHz (turbo). 

Lalu ada Core i5-9600K 6 core dengan 6 thread dan besar L3 cache yang sama, 12MB,  berkecepatan 3,7 GHz - 4,5 GHz (turbo).

 Adapun Intel Core tipe X memiliki 7 lini produk, yaitu i7-9800X, i9-9820X, i9-9900X, i9-9920X, i9-9940X, i9-9960X, dan i9-9980XE. Prosesor Intel tipe X ini diklaim memiliki 8 hingga 18 core dengan Turbo Boost Max Technology 3.0 untuk kinerja yang lebih optimal dari seri biasa. 

Dari segi ukuran, prosesor-prosesor ini masih menggunakan besar 14 nm, karena kabarnya Intel menunda peluncuran prosesor 10 nm sampai tahun 2019 mendatang. Bahkan, prosesor 14 nm masih akan diproduksi sampai tahun 2019. 

Harga prosesor Intel teranyar ini bervariasi. Prosesor Core i9 dibanderol 488 dollar AS (setara Rp 7,4 juta), Core i7 399 dollar AS (setara Rp 5,7 juta), sementara Core i5 295 dollar AS (setara dengan Rp 4,5 juta).
#coba

Ramalan 4 Tren Teknologi di 2019

KOMPAS.com - Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi kian maju. Kegiatan di beberapa bidang pun bertransisi dari tradisional menjadi digital dengan sebuah adaptasi teknologi. 

Menurut Lenovo, tahun 2019 nanti diperkirakan akan menjadi panggung untuk tren teknologi dan perangkat kecerdasan buatan dengan mengandalkan konektivitas yang serba digital.

 Berikut 4 prediksi teknologi yang disampaikan oleh pabrikan asal China tersebut dalam keterangan tertulis yang diterima KompasTekno, Jumat (28/12/2018).

1. Perangkat serba cerdas

 Berdasarkan riset yang dilakukan Lenovo, efisiensi waktu dan kenyamanan merupakan hal pertama yang disorot dalam kemajuan teknologi tahun depan. 

Hal ini bisa tercipta dari model rumah cerdas yang terintegrasi dengan perangkat pintar, seperti speaker dengan kemampuan voice recognition dan voice assistant, untuk mengakses berbagai informasi tanpa harus menyentuh perangkat.

Di sisi produktivitas kerja, kemajuan teknologi, menurut Lenovo, juga bisa mengakomodasi budaya pekerja milenial. 

Oleh karena itu, untuk menyesuaikan budaya karyawan, Lenovo memprediksi 2019 nanti bakal marak ruang kerja interaktif bak co-working space sebagai solusi untuk para generasi Z yang fasih teknologi. 

Lenovo juga memprediksi akan banyak perangkat yang memanfaatkan teknologi cloud, seperti vending machine, aksesoris komputer, serta maraknya pemberkasan dengan sistem digital atau paperless documentation.

2. IoT, AI, AR, dan VR

 Menurut Lenovo, perkembangan Internet of Things (IoT), kecerdasan buatan (AI), Augmented Reality (AR) dan Virtul Reality  (VR) juga diprediksi bakal ramai digunakan untuk kegiatan di berbagai ranah lingkungan, seperti kesehatan, pendidikan, dan ritel.

Di lingkungan kesehatan, penggunaan perangkat IoT yang dipadukan dengan AI akan senantiasa mempermudah aktifitas diagnosa rumah sakit.

  Beberapa diagnosa tersebut seperti pemeriksaan kesehatan secara remote, mendiagnosa tumor, dan mengakses berbagai macam perangkat IoT basis kedokteran yang terhubung dengan jaringan. 

Di sisi lain, pada bidang pendidikan, AR dan VR dapat dipakai untuk membawa para siswa ke lingkungan buatan, melalui sebuah perangkat seperti kacamata virtual, agar bisa mempelajari alam tanpa harus mengunjunginya.

Tak ketinggalan bisnis ritel juga diprediksi akan disambangi teknologi IoT dan AI untuk mempermudah penguna berbelanja melalui otomatisasi transaksi serta penyedian listing & pricing secara real-time.

3. Industri didukung 5G 

Prediksi ketiga Lenovo datang dari ranah AR. Menurut pihaknya, teknologi AR yang didukung jaringan 5G akan turut ikut serta mengembangkan berbagai industri seperti hiburan dan manufaktur.

Pada bidang hiburan, penggunaan AR ditaksir bakal terus meningkat. Tahun ini saja, pengeluaran produk dan layanan AR dan VR diprediksi mencapai 27 miliar dollar AS atau sekitar Rp 393 triliun, berdasarkan data IDC.

Sebagian data tersebut berasal dari penggunaan VR yang sudah lebih dulu merambah ke industri gaming, jurnalistik, produksi film, pendidikan, olahraga, musik, serta visualisasi pelatihan dari data.

 Tak hanya itu, pemanfaatan AR di bidang industrial juga diprediksi akan marak digunakan. Penggunaannya bisa dilihat di berbagai aktifitas pabrik seperti kegiatan remote assistance, penggunaan untuk mengenali objek, dan sebagai panduan kerja atau workflow tools.

Akan ada pula integrasi IT dan sinkronisasi AR dengan berbagai perangkat, seperti headset dan kacamata yang disinkronkan dengan konten dan platform, misalnya dengan YouTube.

 4. Sekuriti lebih aman

Taksiran terakhir yang disampaikan Lenovo berasal dari sistem sekuriti yang bakal lebih aman dengan model end-to-end, yang berarti hanya bisa terenkripsi di perangkat.

 Di ranah ini, Lenovo memprediksi sistem keamanan bakal semakin terfokus dan AI pun akan mempelajari cara untuk mengatasi kerentanan sistem tersebut mengingat banyaknya data pengguna yang bisa disalah gunakan.

Tren Two-factor Authentication (2FA) atau otentikasi dua langkah juga akan meningkat seiring maraknya perkembangan perangkat yang memiliki fitur multi-sync. 

Selain itu, teknologi Device-as-a-Service (DaaS) juga diprediksi bisa dijadikan solusi untuk pelaku bisnis yang memiliki isu di sistem keamanan karena kompleksnya tenaga kerja mobile yang makin marak bermunculan sebagai efek dari budaya Bring Your Own Device (BYOD).












#coba

Senin, 07 Januari 2019

OS Masa Depan "Fuchsia" dari Google Bisa Jalankan Aplikasi Android?


Lama tak terdengar, kabar tentang Fuchsia OS, proyek sistem operasi eksperimental Google untuk perangkat mobile, kembali muncul ke permukaan. Kali ini, sebuah file "Readme" di situs developer Google menjelaskan bahwa aplikasi Android bakal bisa dibuka dan dijalankan di perangkat berbasis Fuchsia OS. Perusahaan yang berbasis di Mountain View itu disinyalir bakal mengembangkan ART (Android Runtime) yang dirancang khusus untuk menjalankan aplikasi Android di sistem Fuchsia. ART sejatinya merupakan suatu perangkat lunak untuk para pengembang guna membuat aplikasi bikinannya berjalan di perangkat berbasis Android.

Nantinya, pengguna yang memiliki perangkat Fuchsia OS, seperti ponsel, laptop, dan perangkat pintar lain, diprediksi akan bisa menginstal aplikasi Android berkat ART tersebut. Belum jelas bagaimana aplikasi Android tersebut bakal berjalan di perangkat berbasis Fuchsia OS, apakah melalui emulator, virtual machine, atau interface lain. Namun, kompatibilitas aplikasi Android yang bisa dijalankan di Fuchsia OS seharusnya bakal mempermudah proses transisi dari Android ke sistem operasi mendatang tersebut. Meski begitu, Fuchsia OS sendiri nasibnya masih menggantung dan tidak diketahui secara pasti kapan calon penerus Android ini bakal dikomersilkan.
#coba